Home Manajemen Spiritual Cinta Ilahi : Apa Maksudnya?

Cinta Ilahi : Apa Maksudnya?

by Syaiful Maghsri
Cinta Ilahi

Dalam postingan yang lalu saya menuliskan bahwa point terpenting dalam Ibadah adalah “Cinta Ilahi” hal tersebut menuai banyak pertanyaan kepada saya, yang inti pertanyaannya – apa maksud cinta ilahi itu?

Nah, pada kesempatan inilah saya akan membahasnya untuk Anda, termasuk yang ga bertanya – semoga bisa difahami dan mencerahkan kita semua.

Hakekat cinta secara umum dapat dipahami sebagai suatu relasi dengan dua pihak yaitu yang mencintai (pencinta) dan yang dicintai yang menjadi objek cinta. Kajian tentang cinta karenanya selalu merupakan kajian yang mencintai (lover).

Si pecinta, dengan cintanya berarti ia memiliki berbagai unsur perasaan yang tergabung dalam suatu keadaan kejiwaan seperti uns (kehampiran), syauq (kerinduan), mahabbah (kecenderungan hati) dan lain-lain. Kekuatan cinta seperti inilah yang memotivasi Abd al-Qâdir al-Jîlânî mengupas soal al-mahabbah dalam wacana sebagai berikut:

“Tidakkah engkau tahu bahwa Dia Esa yang mencintai keesaan dan mencintai yang hanya mencintai-Nya?
Jika Dia mendekatkanmu kepada-Nya melalui selain Diri-Nya, cintamu kepada-Nya menjadi tak benar dan sia-sia.
Akibatnya, cinta kepada-Nya di dalam hatimu menjadi rusak. Maka Dia akan menahan tangan orang lain dari membantumu dan lidah mereka dari memujimu dan kaki mereka dari mengunjungimu agar mereka tak memalingkanmu dari-Nya.”

Dan pernahkah Anda mendengar atau membaca sabda Nabi saw. yang seperti ini?

“Hati mencintai yang berbuat kebaikan dan benci kepada yang berbuat keburukan”.

Abd Qadir al-Jilani juga berpendapat bahwa: “al-mahabbah (cinta) sebagai sebuah kecenderungan jiwa kepada sesuatu yang memberikan kebaikan atau kelezatan itu merupakan ”anugerah” dari Tuhan tapi terkadang bisa juga sebagai sebuah “cobaan”.

Cinta Ilahi

Mengapa itu bisa terjadi? Hal itu dimungkinkan karena al-mahabbah itu hadir karena dua sebab:

Pertama

Mahabbah itu memang benar-benar anugerah yang datang dari Allah.

Kedua

Ia timbul bukan dari Allah swt. Dengan demikian, bila mahabbah itu hadir bukan merupakan anugerah dari Allah swt., maka rusaklah cinta yang bersemayam di hati seseorang. Indikasinya sederhana, yakni apabila hati kita menjadi benci kepada kebaikan dan sebaliknya justru malah mencintai keburukan.

Namun sebaliknya jika sebab pertama yang terjadi, maka seseorang menjadi tenteram jiwanya dan akan dikokohkan kecintaan-Nya di hatinya.

Hal tersebut hanya akan tercapai manakala seseorang telah mencapai tingkat kesempurnaan dalam beribadah, seperti apa?

”Jika penyembahanmu dianggap sah (oleh Alloh), maka Dia akan mencintaimu dan mengokohkan kecintaan-Nya di hatimu, menenteramkanmu dengan-Nya sehingga engkau menjadi orang yang diridhai-Nya dalam segala keadaan.
Kendati bumi semula terasa sempit bagimu, niscaya Dia akan melapangkannya.
Dan jika semua pintu terkunci untukmu dengan keleluasaan-Nya, maka engkau pun tidak marah kepada-Nya dan tidak mendekati pintu yang salah”.Cinta Ilahi

Kualitas cinta yang semacam ini, mengilhami Ibn ‘Arabi membagi cinta kepada 3 tingkatan.

Pertama

Cinta alami (hubb tabi‘i), yaitu cinta yang dimiliki orang-orang awam. Tujuannya adalah menyatu dalam ruh binatang (rûh hayawânî), sehingga ruh yang satu menyatu dengan ruh yang lain dengan cara menarik kelezatan dan mengobarkan keinginan (syahwah).

Bentuk akhirnya adalah nikah, di mana keinginan bercinta (syahwat al-hubb) meresap di dalam semua susunan seperti meresapnya air dalam kain wool atau menyatunya warna di dalam benda yang diwarnai.

Cinta alami merupakan cinta terhadap bentuk khusus dari kekasih. Ini bisa berbentuk fisik atau sebuah keadaan. Jika fisik, kedekatan fisik dan persatuan akan diharapkan; jika berupa keadaan, yang diinginkan adalah munculnya keadaan itu.

Dengan demikian, menurut Ibn al-‘Arabi, karakteristik cinta alami bahwa pencinta hanya mencintai kekasihnya demi kesenangan dan kebahagiaan dirinya.

Kedua

Cinta spiritual dan psikologis (hubb ruh an-nafsi) yang tujuan akhirnya adalah menyerupai kekasih yang dicintai (al-mahbub) dengan cara melaksanakan apa yang diminta kekasih (al-mahbub) dan mengenali kedudukannya.

Cinta spiritual adalah cinta yang menyatukan para pencinta, karena dia mencintai kekasih demi sang kekasih itu sendiri. Sedangkan dalam cinta alami ia mencintai kekasih demi dirinya sendiri.

Tujuan cinta spiritual adalah untuk “menjadi seperti kekasih, memenuhi perintah kekasih, dan mengetahui keputusannya.”

Dalam pengertian inilah cinta spiritual merupakan jalan perjuangan untuk penafian diri, di mana pencinta mencintai semata-mata demi Kekasihnya, menyembah-Nya seolah-olah dia melihat-Nya. Sang Kekasih sendiri tidak dapat dilihat, dan yang dilihat pencinta adalah jejak-jejak-Nya, atau dengan kata lain, adalah kualitas-kualitas-Nya.

Ketiga, adalah cinta ilahi (hubb ilahi), yaitu cinta Tuhan kepada sang hamba dan cinta sang hamba kepada Tuhan. Allah berfirman: “Dia Tuhan mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.”

Cinta Tuhan kepada hamba-Nya ada yang karena Diri-Nya dan ada pula karena hamba-Nya. Cinta-Nya kepada hamba karena Diri-Nya adalah seperti terungkap dalam firman Tuhan dalam sebuah hadis qudsi:

“Aku cinta (ingin) dikenal, maka Aku ciptakan makhluk, lalu Aku mengenalkan Diri kepada mereka, dan mereka pun mengenal-Ku.”

Dilihat dari perspektif praktis, maka hakekat cinta ilahi (mahabbah) sesungguhnya mencakup tiga ranah ;

  1. Memeluk kepatuhan pada Tuhan dan membenci sikap melawan kepada-Nya,
  2. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi, dan
  3. Mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali diri yang dikasihi.

 

3 Ranah Cinta Ilahi

Dari 3 ranah tersebut, maka kualitas cinta bisa dibagi kepada tiga tingkatan, yaitu ;

  1. Cinta biasa, yakni selalu mengingat Tuhan dengan dzikir, suka menyebut asma Allah dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan Tuhan,
  2. Cinta orang shiddiq, yakni orang yang kenal pada Tuhan, pada kebesaran-Nya, pada kekuasaan-Nya, sebuah kualitas cinta yang dapat menghilangkan tabir yang memisahkan diri seorang dari Tuhan dan dengan demikian dapat melihat rahasia-rahasia yang ada pada Tuhan. Kualitas cinta semacam ini membuat seseorang sanggup menghilangkan kehendak dan sifat-sifat sendiri, sedangkan hatinya penuh dengan perasaan cinta pada Tuhan dan selalu rindu kepada-Nya,
  3. Cinta orang arif, yaitu orang yang tahu dan yakin betul pada Tuhan. Cinta semacam ini muncul karena keyakinan nya yang sunguh sunguh pada Tuhan. Dia tidak pernah meragukan dan mengkhawatirkan hidupnya, karena percaya Tuhan selalu menghidupkan dan mencukupi berbagai kebutuhan hidupnya. Yang dilihat dan dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai. Akhirnya sifat-sifat yang dicintai masuk ke dalam diri yang mencintai.

Dengan demikian, cinta ilahi adalah sebuah spirit yang mendorong seseorang untuk secara ikhlas dan tulus melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Spirit cinta menggerakkan seseorang dari dalam jiwanya untuk melakukan sesuatu kepada yang dicintainya tanpa syarat.

Spirit cinta juga yang menggerakkan Robiah Al Adawiyah untuk total mengabdi kepada Allah. Begitu totalnya, hingga ia memutuskan untuk hidup sendiri dan meninggalkan seluruh kenikmatan duniawi yang berpotensi mengganggu cintanya pada Allah SWT.

Dalam setiap bait doanya kepada Allah SWT, Rabiah Al-Adawiyah tidak meminta dijauhkan dari neraka dan tidak pula meminta untuk dimasukkan dalam surga. Yang ia pinta adalah ingin dekat dengan Tuhan. Ia mengatakan; “Aku mengabdi kepada Tuhan bukan karena takut terhadap neraka, bukan pula karena ingin masuk surga, tapi aku mengabdi karena cintaku kepada-Nya”.

Dalam doanya yang terkenal, ia bermunajat, “Tuhanku, jika aku memujamu Engkau karena takut kepada neraka, bakarlah aku karena Engkau. Janganlah sembunyikan keindahan-Mu yang kekal itu dari pandanganku”.

Oleh karena itu, menarik dicermati komentar al-Ghazâlî mengenai syair di atas yang menyimpulkan bahwa dalam diri Rabi’ah al-‘Adawiyah terdapat dua cinta, yakni:

Pertama

Hubb al-hawâ, yakni cinta karena kebaikan dan kenikmatan yang dianugerahkan Allah kepadanya.

Untuk membalas kebaikan Allah tersebut, Rabi’ah al-‘Adawiyah selalu dengan dzikir kepada Allah.

Kedua

Hubb li annahu ahlu lahu, cinta karena Rabi’ah al-’Adawiyah telah mampu menyingkap keindahan dan keagungan Allah, sehingga ia yakin bahwa hanya Allah-lah zat satu-satunya yang wajib dicintai dan dipuji.

Kualitas cinta ilahi seorang arif, tidak lagi didominasi secara lahiriah oleh efek cinta, karena efek itu telah jauh melampaui segala keadaan khusus, meliputi ruang dan waktu. Karena semua selubung sudah tersingkap dan tidak ada kata-kata fisik yang bisa mengganggu.

Cinta seperti ini, menurut Ibn al-‘Arabi, adalah sepadan dengan penyingkapan, dan penyingkapan adalah sepadan dengan makrifat.

Dengan demikian…
Cinta ilahi adalah ruh tanpa tubuh;
Cinta natural adalah tubuh tanpa ruh; dan
Cinta spiritual adalah tubuh dan ruh sekaligus.

Kesadaran terhadap realitas cinta ilahi pada akhirnya akan mengantarkan seorang arif pada realitas agama yang didasarkan cinta Ilahi, yakni cinta yang tak terbatas, serba meliputi, universal dan membumi.

Semoga Bisa Dipahami dan Mencerahkan.

Related Articles

Ulasan klien

Dr. Adrianto SpOG, Yogyakarta

“Bapak Syaiful merupakan guru spiritual yang mumpuni dan bisa menjadi rujukan bagi setiap orang yang ingin mengalami pencerahan dalam hidupnya.

Saya sudah kenal dan bekerjasama dengan beliau selama lebih dari 8 tahun. Dan begitu banyak orang yang sudah terbebas dari belenggu hidupnya serta mampu menikmati hari-harinya dengan sukacita dan penuh syukur kepada Tuhan.

Bagi orang yang sudah tercerahkan, Masalah bukan jadi hal yang menyulitkan lagi tapi sebagai bentuk permainan yang menyenangkan untuk lebih dekat dengan Tuhan. Pencapaian keseimbangan energi pada tubuh Fisik, Emosional, Mental dan Spiritual kliennya menjadi point penting dalam menangani setiap masalah yang yang terjadi.

Sebagai konsultan solusi masalah, Bapak Syaiful orang paling profesional di bidangnya yang saya kenal, dimana semua rahasia personal kliennya sangat terjaga.

Semoga beliau selalu sehat, panjang umur dan tambah manfaat untuk banyak orang.”

Bapak Bintang Dewangga Putra, Pemilik Bisnis Otomotif, Pekan Baru

Sejauh kami mencari inovasi dan strategi terbaik untuk terus berkembang, serta solusi bisnis sepanjang perjalanan bisnis otomotif kami, inilah yang paling berkesan dan memberikan dampak mendalam bagi perkembangan bisnis kami yaitu ketika bertemu dengan Bapak Syaiful M. Maghsri.

Sejak pertemuan pertama pada sesi solusi khusus Bioenergi atau SKB, beliau telah membuka wawasan kami mengenai bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dalam setiap aspek bisnis. Bapak Syaiful dengan pendekatannya yang holistik tidak hanya memberikan saran dan strategi bisnis yang out of the box, tetapi juga mendidik kami mengenai etika dan nilai bisnis dari perspektif spiritual yang sangat mendalam. Hal ini telah merubah cara kami melihat, mengelola, dan menjalankan bisnis kami.

Dengan pemahaman baru dan bimbingan dari Bapak Syaiful, kami berhasil melakukan inovasi-inovasi baru dalam penjualan dan pelayanan kami. Lebih dari itu, berbagai aspek bisnis kami mengalami peningkatan yang komprehensif, mulai dari kinerja karyawan, kepuasan pelanggan, hingga omzet penjualan.

Lebih dari itu hal yang paling berharga adalah bagaimana kami mampu memahami dan menerapkan Bioenergi dan nilai-nilai ketulusan dalam setiap tindakan bisnis kami, baik dalam penjualan ataupun pelayanan. Ini bukan hanya memberikan keuntungan materi, tetapi juga hikmah, berkah, dan kebaikan yang kini mengalir dalam keluarga kami, dan orang -orang di sekitar kami yang pada akhirnya membawa kelimpahan dan kebahagiaan bagi banyak orang.

Sebagai kepala keluarga dan pemilik bisnis, saya, Bintang Dewangga Putra, ingin menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Bapak Syaiful M. Maghsri. Bapak telah menjadi mentor, pemandu, dan sahabat bagi kami, membantu kami menemukan makna sejati dari kesuksesan bisnis. Semoga Tuhan senantiasa memberkahi Pak Syaiful dan keluarga. Terima kasih banyak!”

Sudah lebih 20 tahun Bapak Syaiful M.Maghsri telah berkomitmen membantu setiap orang yang ingin mengalami pencerahan dalam hidupnya berbasis Manajemen Spiritual dengan metode Bioenergi Adjustment.

Sekarang Giliran Anda Hidup Sehat, Sukses Karir, Sukses Bisnis, Naik Jabatan, Rumah Tangga Harmonis, Jodoh Terbaik, Lunas Hutang, Mengatasi Insomnia, Mengatasi Stres, Rezeki Lancar, Hidup Tenang Dan Damai Serta Lebih Dekat Dengan Tuhan.

Bioenergi Center

IKUTI KAMI DI

Syaiful Maghsri © 2023 All Right Reserved.