Bagaimana memancarkan inner beauty ? Setiap orang pastinya ingin memiliki daya tarik agar dapat menarik perhatian orang-orang yang ada di sekitarnya. Segala daya dan upaya mereka lakukan hanya untuk membuat tubuh fisik terlihat cantik dan menarik, utama para kaum hawa. Namun segala hal yang mereka upayakan tersebut tidak akan berarti apabila kecantikan fisik yang tercipta tidak diselaraskan dengan kecantikan hati yang ada dalam pribadi masing-masing. Bahkan, kerapkali masyarakat kita menganggap bahwa kecantikan dari dalam (inner beauty) akan lebih bermakna daripada kecantikan fisik semata. Kecantikan dari dalam akan mengarahkan pikiran kita saat berpikir dan bertindak sehingga segala sesuatu akan benar-benar terwujud secara alamiah. Ia akan memancarkan suatu keindahan yang berharga.
Nita adalah seorang gadis belia yang terlahir dari orang tua yang kurang mampu dalam segi finansial. Seiring bertambahnya usia, ia menjadi sosok yang kurang percaya diri. Dia selalu merasa bahwa dirinya tidak cantik dan sempurna seperti gadis-gadis lain seusianya. Bahkan, sejak ia duduk di bangku SMP, banyak teman-teman prianya yang merendahkan dirinya dengan melontarkan berbagai ejekan yang menyakitkan hati. Setiap melangkah di mana pun, ia tidak pernah merasa nyaman dan aman karena selalu saja ada orang-orang yang meliriknya, bukan karena kecantikannya atau kemolekan tubuhnya, namun karena rupa fisiknya yang mengalami kecacatan. Di mana pun ia berada, ia merasa dicaci dan dibicarakan orang-orang sekitarnya karena kekurangan yang ia derita tersebut.
Mungkin bagi mereka yang mengalami cacat tubuh, bibir sumbing hanyalah cacat tubuh ringan karena kondisi tersebut tidak mengganggu kerja organ fisik lainnya. Bibir sumbing adalah bawaan sejak lahir yang sebenarnya tidak mengganggu aktivitas seseorang. Namun hal yang tidak menyenangkan terkadang datang dari orang yang ada disekitarnya. Hal itulah yang dialami oleh Nita. Kedua orang tuanya hanya bisa berpasrah dan selalu memberikan dukungan moral kepadanya agar ia tidak rendah diri terhadap kondisi yang dideritanya. Apalah daya, orang tuanya sungguh tidak bisa melakukan apa pun, apalagi untuk melakukan operasi karena memang tidak memiliki cukup biaya.
Masa remaja adalah masa yang paling indah di mana seseorang ingin mengenal cinta dan berinteraksi dengan lawan jenis secara lebih dekat. Namun hal itu justru menjadi hal yang paling ditakuti oleh Nita, apalagi dengan keadaannya sekarang. Hanya berteman dengan lawan jenis saja dia sudah sering sakit hati, apalagi untuk berpacaran; sama sekali tidak ada pemikiran tersebut. Setiap pulang sekolah ia hanya mengurung diri di rumah dan membatasi diri untuk bersosialisasi dengan sekitarnya. Hingga sampai lulus SMU, dia masih saja menepikan diri agar tidak diejek oleh teman-temannya.
Di saat orang lain telah siap untuk berkarya, rupanya Nita masih saja belum berani memandang cakrawala dunia untuk mengembangkan hidupnya. Dia adalah anak yang pandai sehingga ada beberapa perusahaan yang memanggilnya untuk bekerja sekali pun ia hanya lulusan SMU. Data-data prestasinya diketahui oleh beberapa perusahaan lewat sekolahnya; perusahaan-perusahaan tersebut mencari alumni-alumni berprestasi untuk dapat bergabung di dalamnya. Namun sampai kesempatan itu datang, hati Nita belum juga terbuka karena yang ada di pikirannya hanyalah perasaan minder dan minder. Berbagai pikiran destruktif selalui menghantuinya setiap kali ia membuka mata setelah bangun pagi, entah itu takut, gelisah, malu, tidak percaya diri, minder dan berbagai pemikiran tidak menyenangkan lainnya.
Menghadapi hal tersebut, orang tua Nita mendatangkan seorang wanita yang dulunya menjadi guru Bimbingan dan Konseling di sekolah menengahnya. Gurunya rela datang untuk memberikan bimbingan moral kepada Nita. Namun hatinya tetap saja membatu dan perasaan minder tidak pernah hilang dari dirinya. Karena merasa tidak mampu mengatasi hal tersebut, akhirnya sang guru memberikan pengarahan kepada orang tua Nita untuk membawanya ke Bioenergi Center agar mendapatkan jalan terbaik atas masalah tersebut.
Beberapa waktu setelah itu, keluarganya membawa Nita ke Bioenergi untuk mendapatkan suatu pencerahan yang diharapkan dapat membantu Nita untuk mengatasi rasa kurang percaya dirinya. Pada saat itu saya berhadapan langsung dengan gadis itu. Untuk memandang wajah orang yang ada dihadapannya saja malu, apalagi untuk berinteraksi dengan banyak orang dan menjalin kerjasama dengan mereka. Ternyata Nita bukanlah gadis yang buruk rupa, ia sebenarnya cantik, namun kecantikannya hanya sedikit tertutupi oleh luka cacat di bibir bagian atasnya. Sebenarnya ia pandai, hanya kepandaiannya tersebut tertutupi oleh rasa mindernya. Sebenarnya ia juga sangat ingin berteman dengan lawan jenis, namun keinginannya tersebut terhalang dengan kondisi fisiknya yang ia pikir adalah kondisi terburuk yang tidak akan bisa diterima oleh orang lain.
Setelah mempelajari kepribadian Nita, saya menjadi paham bahwa masalah utama yang sebenarnya ia derita adalah krisis kepercayaan diri, bukannya cacat sumbing yang ada padanya. Akhirnya secara perlahan saya memberikan keyakinan dan pengarahan kepadanya bahwa setiap orang dilahirkan dalam bentuk yang berbeda-beda, namun di dunia ini tentunya tidak ada manusia yang terlahir seratus persen sempurna. Tuhan pasti menciptakan manusia dalam rupa yang mulia. Ini berarti bahwa manusia menjadi makhluk paling sempurna dibandingkan dengan makhluk Tuhan yang lain dan ia juga dibekali kemampuan berpikir agar bisa bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.
Lalu, bagaimana cara kita menutupi kekurangan dalam diri? Seperti yang telah saya katakan tadi, kita pasti punya kekurangan dan kelebihan. Nah, kelebihan itulah yang seharusnya kita pancarkan sebagai kunci hidup. Maksudnya, dengan kelebihan yang kita miliki, kita bisa memanfaatkannya untuk menutupi segala kekurangan pada diri kita dan hal itu kita gunakan untuk mencapai tujuan hidup apa pun seperti yang kita inginkan. Apalagi kita juga memiliki kecerdasan Bioenergi yang dapat kita manfaatkan untuk mengarahkan segala pikiran dan perbuatan kita untuk menciptakan suatu hal yang luar biasa.
Mendengar hal itu, tampaknya Nita mulai membuka diri untuk dapat merasakan kecerdasan Bioenergi dan memandang dirinya agar lebih berarti. Lalu saya mengajarkan kepadanya untuk berdoa seperti ini : ”Dengan Kuasa dan kehendakmu Ya Tuhan, melalui daya kecerdasan Bioenergi, saya mengakui adanya keagungan yang menyelimuti diri saya setiap hari. Saya akan mengenang kembali peristiwa indah dan menyenangkan dalam hidup saya, dan membawanya ke alam sadar saya. Saya berjanji Ya Tuhan akan mengakui dan menghargai kebahagiaan yang mengisi hidup saya di masa lalu, mengisi kehidupan saya sekarang dan akan terus mewarnai kehidupan saya di masa yang akan datang.”
Nita mulai merubah hidupnya semenjak itu. Hari demi hari ia lewati dengan mencurahkan segala beban dan penat hidup yang dialaminya kepada orang tuanya, hal yang jarang sekali ia lakukan sebelumnya. Perkembangan itu rupanya membawa pengaruh yang baik karena setidaknya ada beberapa energi negatif yang telah keluar dari dirinya. Ia semakin menyadari bahwa potensi yang ia miliki dapat mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Bukankah ia adalah anak yang cerdas dan selalu menjadi juara di kelasnya? Mengapa hal tersebut tidak ia manfaatkan sebagai kunci kesuksesannya?
Nita mulai berpikir bahwa potensi yang ia miliki adalah kelebihan berupa otak yang cerdas dan orang lain belum tentu memilikinya. Orang yang terlahir cantik, belum tentu ia juga cerdik. Namun orang yang terlahir tidak sempurna, tidak menutup kemungkinan akan memiliki kecerdasan yang lebih dibanding yang lainnya. Pada akhirnya, ia sadar bahwa sangat penting memanfaatkan kecerdasan Bioenergi agar segala pikiran dan tindakan negatif dihapuskan, serta mewujudkan berbagai pikiran yang positif. Setelah menyadarinya, ia merasa menyesal mengapa selama ini ia selalu mengeluh kepada Tuhan atas kondisi fisiknya, padahal di sisi lain ternyata Tuhan telah menganugerahkan sebuah kepandaian kepadanya yang belum tentu dimiliki oleh orang lain.
Pada akhirnya, Nita berani membuka hati dan pikirannya untuk selalu mengucap beberapa hal yang pernah saya ajarkan kepadanya : ”Setiap hari saya semakin memahami dan menghargai anugerah kehidupan. Semakin hari saya akan semakin mengetahui akan seperangkat nilai sejati dalam hati dan pikiran. Saya tidak akan lagi menghakimi diri sendiri dengan tolak ukur orang lain. Saya tidak akan membuang waktu saya hanya untuk memikirkan hal sepele, namun akan saya ciptakan kebahagiaan dalam hal-hal kecil. Di tempat ini dan mulai detik ini, saya akan menyadari keagungan diri sendiri dan keagungan ciptaan lain yang ada di sekitar saya. Kebahagiaan saya akan terpenuhi dengan ciptaan ini dan tidak akan pernah lagi menyia-nyiakan waktu sedikit pun untuk menderita atau pun berduka.”
Kini, Nita menjadi sosok yang lebih memancarkan aura inner beauty dan percaya diri dibandingkan sebelumnya. Ia memanfatkan kecerdasan Bioenergi untuk mencurahkan segala ilmu yang ia miliki dengan memberikan les Matematika dan Fisika bagi orang-orang yang membutuhkannya. Kini ia menjadi sosok yang aktif, ramah dan murah senyum. Banyak juga orang-orang disekitarnya yang menyukainya karena sifatnya yang lemah lembut. Sekali pun ia memiliki cacat fisik, ternyata Nita mampu memancarkan inner beauty yang ada dalam dirinya saat berinteraksi dengan orang lain. Sekali ia tersenyum, banyak orang yang bahagia melihat senyumannya. Sekali ia berbicara, banyak orang yang mendengarkannya karena segala tutur yang keluar darinya dianggap sebagai sesuatu yang benar dan cerdas. Itulah keuntungannya bila kita memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan dengan orang lain. Tidak hanya itu, prestasinya yang membanggakan tersebut kini telah membawanya ke sebuah Lembaga Pendidikan non sekolah untuk mengajar puluhan anak didik yang tergabung di dalamnya.
Sungguh prestasi yang luar biasa. Ia mengangkat martabat keluarga; keluarganya merasakan hidup yang lebih layak semenjak Nita bekerja. Bahkan prestasi asmaranya tidak kalah menarik. Ia telah menemukan pasangan hidup yang dianggapnya sebagai sosok yang paling mengerti dirinya dan menerimanya apa adanya. Suatu ketika, Nita datang kepada saya bersama dengan kekasih hatinya dengan rona wajah yang bahagia. Ia mengucapkan syukur atas kelimpahan yang diberikan kepadanya sejak mengenal Bioenergi yang ada dalam dirinya, bahkan ia mampu mengembangkannya menjadi suatu hal yang luar biasa. Ia percaya, tanpa Bioenergi, ia tidak akan pernah mengubah hidupnya sebaik ini dan pastinya hidupnya masih dilingkupi keterpurukan. Namun, kini Nita dapat berteriak keras bahwa melalui Bioenergi, Tuhan telah memberikan kebahagiaan dan kelimpahan serta penghargaan yang tanpa batas.
Pengalaman Nita Melia Susanti dari Yogyakarta (25 tahun)